Rabu, 09 Mei 2012

pendidikan anak usia dini/tk

pada abad ke 19 frobel menyebut sekolah anak usia dini kinder garten,frobel mengembankan kognitif anak,pada abad ke 20 mentosori menerapkan pembelajaran mandiri ,sedankan jhn dewey seorang psikologi mengembankan prestsi beljar anak,blommmempe3rkenalkan tujuan belajar anak

pendidikan paud

pendidikan paud adalah merupakan pendidikan anak usia dini atau disebut juga pendidikan golden egs atau masa emes.

pendidikan paud

pendidikan usia dini  adalah disebut juga dengan pendidikan masa golden egs yaitu masa emas yang sangat berharga yang tak kan dapat ter ulang kembali,pada masa ini orang tua atau guru mengisi dengan berbagai aspek perkembangan seperti kognitf,bahash prilaku,dan fisik motorik.

bermain merupakan kebutuhan anak usia dini

pembelajaran anak usia dini merupakan kegiatan belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar

pembelajaran di paud

pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan sejak lahir sampai umur lima tahun

Rabu, 25 April 2012

Pembelajaran Kolaboratif Individual


Pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyedikan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Metode kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapuskan perbedaan kehadiran para siswa dari latar belakang rasa atau etnik yang berbeda-beda, untuk meningkatkan hubungan antar kelompok.
Adapun rasional pengungkit belajar kooperatif adalah:
1.      Membangun pondasi organisasi yang kuat adalah siswa bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya.
Menerapkannya untuk dirinya dan orang lain adalah untuk dirinya membuat anak lebih aktif, ada rasa kerja sama, saling menghormati dan menghargai satu sama lain, untuk orang lain menekankan tujuan kerja tim dan kesuksesan tim, semua tim akan bisa belajar mengenai pokok bahasan yang telah di ajarkan.
2.      Menciptakan tim yang tangguh adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu dan kesempatan sukses yang sama tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika mereka berhasil melampaui criteria tertentu yang telah ditetapkan. Tanggung jawab individu maksudnya bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim.
3.      Menciptakan tujuan dan target yang jelas dan menarik, maksudnya adalah dengan adanya tujuan dari tim tersebut dan apa target yang harus dicapai jelas dan menarik dalam tim tersebut maka siswa/kelompok pada tim itu akan termotivasi untuk berusaha dari pada apabila mereka baru diberi penghargaan jika lebih baik dari yang lain, karena penghargaan atas kemajuan untuk meraih sukses bukanlah sesuatu yang terlalu sulit atau terlalu mudah untuk dilakukan siswa (Slavin, 1980an).
4.      Mendorong keberhasilan diri dan tim adalah guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim, mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran seperti semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu, melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.
5.      Mengelola kinerja yang baik dan berpotensi berhasil maksudnya adalah supaya siswa termotivasi saling mendukung dan membantu satu sama lain dan menguasai kemampuan yang telah di ajarkan guru.jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu tim untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan pelajaran. Mereka boleh membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan ketidak sesuaian, dan saling membantu satu sama lain.
6.      Memberdayakan kinerja yang lemah dalam arti dalam pembelajaran kooperatif ini yang lemah dengan adanya penggabungan siswa yang heterogen yang pandai dan yang lemah, yang lemah menjadi bisa belajar dengan yang pandai, yang lemah lebih semangat dan bertambah pintar bergabung dengan yang pandai, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa harga diri.
7.      Mengembangkan tim maksudnya adalah menggambarkan bagaimana para siswa yang bekerja sama dapat merasakan pengalaman untuk mencapai hal-hal semacam itu untuk membangun pemahaman mendalam. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untukmengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda antara siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.
Jadi pembelajaran kooperatif merunjuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam elompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Sejak zaman dahulu kala, para guru telah membolehkan atau mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu, dalam diskusi atau debat kelompok, atau dalam bentuk-bentuk kerja kelompok, atau dalam kegiatan pelajaran tambahan berkelompok lainnya. Metode ini biasanya bersifat informal, tidak berstruktur, dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja. Namun demikian, sejak dua puluh tahun yang lalu, telah dilakukan beberapa penelitian yang signifikan terhadap teknik-teknik lama ini. Untuk pertama kalinya, strategi pembelajaran kooperatif mulai dikembangkan, bahkan, lebih dari itu, mulai dievaluasi dalam berbagai konteks pengajaran yang lebih luas.
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Sejak semula,penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang bisa dibuat para siswa. Namun, penelitian ini juga memperlihatkan berbagai alasan bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan, yang paling penting, penelitian juga menunjukkan bahwa unsure-unsur pembelajaran kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan pengaruh dan pencapaian maksimal.
APA YANG MEMBUAT KELOMPOK KERJA BERJALAN?
Mengapa para siswa yang bekerja di dalam kelompok kooperatif bisa belajar lebih banyak daripada mereka yang diatur dalam kelas-kelas tradisional? Penelitian yang menyelidiki mengenai pertanyaan ini telah mengungkapkan variasi yang sangat banyak dari model-model teoretis yang dapat menjelaskan keunggulan pembelajaran kooperatif (Slavin, 1992, 1993). Teori-teori tersebut terbagi menjadi dua kategori utama, motivasi dan kognitif.
TEORI MOTIVASI
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja (Slavin, 1993). Deutsch (1949) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan: kooperatif, di mana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu member kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; kompetitif, di mana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya; dan individualistik di mana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Dari perspektif motivasional (seperti yang dikemukakan Johnson dkk., 1981, dan Slavin, 1983an), struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses.
Beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok (Deutsch, 1949; Thomas, 1957).  Di dalam kelas yang kooperatif murid yang berusaha keras, selalu hadir di kelas, dan membantu yang lainnya belajar akan dipuji dan didukung oleh teman satu timnya, ini bertolak belakang dengan situasi di dalam kelas tradisional.
TEORI KOGNITIF
Sementara teori motivasi dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-tugas akademik, teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok ataupun tidak).
Teori Pembangunan
Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi diantara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai dengan meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik (Damon, 1984; Murray, 1982).
Teori Elaborasi Kognitif
Apa yang kita sebut sebagai perspektif elaborasi kognitif di sini agak berbeda dengan perspektif elaborasi dari sudut pandang pembangunan. Penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari materi (Wittock, 1987).

Desain Pendidikan yang Memiliki Jiwa


A.      MODEL DISAIN PENDIDIKAN YANG MEMILIKI JIWA
1.       Pendidikan R&D
B.      PERLUNYA POSISI PENENGAH DIANTARA TEORI DAN  PRAKTEK DALAM PENDIDIKAN
1.       Implikasi Psikologi untuk diterapkan
2.       Hambatan pada terjemahan teori psikologi dalam praktek pendidikan
·         Penghalang pertama, menyangkut sifat penelitian psikologis dan organisasi informasi relevan
·         Penghalang kedua, kekhawatiran kurangnya dukungan terlembaga sampai tengah tahun 1960 untuk identifikasi perantara tersebut, dan kurangnya dukungan keuangan substansial yang tersedia untuk kegiatan mereka.
·         Penghalang ketiga, tidak terlihat sebagai model apapun untuk menghubungkan teori psikologi. Praktek pendidikan yang memperhitungkan posisi tengah sintesis yang secara rutin yang ditemukan. Dalam pemanfaatan ilmu fisik dan biologi seperti insinyur, arsitek, peneliti medis,dll. 
C.      RISET PENGEMBANGAN DAN PSYCHOEDUCATIONAL DESIGN
1.       Defenisi
Pengembangan telah didefinisikan sebagai penggunaan pengetahuan ilmiah sistematis diarahkan untuk produksi bahan berguna, perangkat sistem atau metode. Proses pengembangan adalah aspek teknologi dimana salah satu upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kekuatan yang memperoleh dana dari pengetahuan (para peneliti) dan praktisi yang sedang putus asa mencari bantuan dalam mengatasi masalah pendidikan sehari-hari.

2.       Model riset yang berkaitan dengan pengembangan dan praktek.(lihat gambar pada halaman 168)
§  pertama, ia berpendapat bahwa riset, pengembangan, dan pendidikan praktek merupakan jenis yang berbeda secara substansial kegiatan terutama di masing-masing memiliki seperangkat unik tujuan atau output, dengan masing-masing berbagai jenis memuaskan kebutuhan internal dan eksternal.
§  Kedua, ia menyarankan bahwa kegiatan rutin terjadi secara bersamaan pada semua tiga tingkat, dan bahwa interaksi antara dua tingkat ini kegiatan dapat dimulai dengan salah satu dari tiga.
§  Ketiga, ia mengusulkan bahwa hubungan yang lebih konstruktif antara tiga tingkat kegiatan dapat dicapai lebih mudah jika kita menekankan hasil yang diinginkan dari masing-masing tiga kegiatan (riset, pengembangan, praktek) dan jika kita mengenali harapan yang berbeda dan keputusan yang berasal dari hasil yang berbeda.

D.      STRATEGI DAN TEKNIK PSYCHOEDUCATIONAL DESIGN
1.       Mengklarifikasi tujuan pendidikan
·         Menentukan kebutuhan masyarakat umum untuk pendidikan.
·         mengidentifikasi kendala
·         menguraikan tujuan pendidikan umum
·         mengidentifikasi tujuan pendidikan sebagai hasil yang dapat diukur
·         mengidentifikasi tujuan pendidikan sebagai proses
·         mengorganisir tujuan pendidikan untuk komponen pengajaran
2.       Menggambarkan metode instruksional
·         perencanaan, pengujian, dan instruksi merevisinya
·         menyebarkan / mengadopsi cara mengembangkan dan materi
3.       Pemecahan masalah

E.       MUNCULNYA KEGIATAN RISET  PENGEMBANGAN PENDIDIKAN FORMAL
1.       karakteristik pusat R & D
2.       karakteristik (daerah) laboratorium pendidikan
3.       beberapa karakteristik dari kegiatan pusat dan laboratorium

F.       SARAN UNTUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PSYCHOEDUCATIONAL DESIGN
1.       ini diharapkan para pembaca dari gaya ini mungkin akan lebih baik informasi "konsumen" atau pengguna dari proses pendidikan dan produk yang sedang dikembangkan oleh pusat, labotories, dan berbagai pendidikan R & D yang kelompok.
2.       strategi desain dan teknik pendidikan yang memiliki jiwa juga mungkin berguna dalam menurunkan implikasi praktis dari berbagai teori belajar dan teori instruksional yang kita kaji dalam buku ini.